Petang telah datang
Suara adzan magrib sayup sayup saling bersautan
Aku masih duduk bersantai
Ayah sudah selesai mengambil air wudhu
Terlihat tetesan air yang masih menempel di wajahnya
Sarung sudah di pasang
Peci pun sudah di kepala
Satu persatu kancing baju ditautkan hingga selesai
Terdiam ia berdiri di atas sajadah
Tak ada suara
Kuperhatikan tubuhnya dari belakang
Lalu ia membalikkan badan sambil berucap “Ayo!”
Aku tersenyum lalu segera berdiri dan berlari ke kamar mandi
Rindu
Rindu saat-saat seperti itu
Apa lagi saat subuh tiba
Saat aku masih lelap-lelapnya merangkai mimpi
Tangannya yang masih basah diusap kewajah ku
Seraya bibirnya merapal do’a bangun tidur
Spontan ku tutup wajahku dengan selimut
Tak menyerah, disibaknya selimut yang menutup tubuhku
Lalu diangkatnya badanku sampai di depan kamar mandi
Tak ditinggalnya aku hingga selesai berwudhu
Ah kenangan itu
Bergurau bersama
Berdebat bersama
Tak akan berhenti berkelahi bila tak dilerai ibu
“udah udah, bapak sama anak kok sama aja, gak ada yang mau ngalah”
Bila sudah begitu, baru kami diam
Memang benar yang dikatakan Dilan
“Rindu itu berat” aku tak akan kuat
Apalagi mengingat mereka sudah berusia senja
Orang bilang sudah waktunya mereka untuk bersantai dan berkumpul bersama anak dan cucunya
Ah sepertinya tak ada kata “bersantai” di kamus mereka
Mereka masih saja bekerja banting tulang demi aku anaknya
Aku sudah dewasa namun masih saja menjadi beban mereka
Walaupun di mata mereka aku masih lah belia
Sehat selalu ayah ibu ku
Rapalan do’a selalu mengalir bersama hembusan nafas ini
Posting Komentar