Kamis, 04 Februari 2021

Haru Biru di Ba'da Subuh


Ini cerita beberapa hari yang lalu, saat aku berangkat ke masjid. Waktu itu masih pagi sekali, masih gelap, karena baru selesai shalat subuh.


Belum jauh aku melangkahkan kaki dari kontrakan yang aku tinggali, aku melihat seorang anak perempuan memakai gamis, lengkap dengan kerudungnya sedang mengendarai sepeda.

"Mau berangkat berangkat mengaji," gumamku sambil tersenyum.

Dengan semangat dia mengayuh pedal sepedanya untuk menaklukkan jalan yang sedikit menanjak.
Ku lihat ada seorang bapak yang mengendarai motor dibelakangnya, masih lengkap memakai sarung dan peci dikepalanya.

"Baru pulang dari shalat subuh," pikirku.

Setelah anak perempuan tadi melewatiku, aku merasa heran, kok bapak tadi gak lewat-lewat. Aku menghentikan langkah kaki kemudian menoleh kebelakang. Ku lihat ternyata bapak tadi sudah berbalik lagi kearah semula.

"Oh bapak itu mengantar anaknya," gumamku lagi.

Aku tertegun sesaat dan pikiranku melayang ke masa lalu, saat bapak mengantarku kesekolah. Saat itu kami belum punya motor.
Hanya sepeda yang kami punya. Walaupun begitu, itu tidak mengurangi kebahagiaan kami.

Bapak ku memanglah pahlawanku. Bagaimana tidak, diwaktu itu saat kendaraan belum seramai sekarang. Untuk bertemu dengan sanak saudara saja kami harus menempuh waktu berjam jam, bapak rela mengayuh sepedanya berjam jam hanya untuk mempertemukan aku dengan saudara-saudaranya.

Perjalanan tidak terasa membosankan bila bersama bapak, sepanjang perjalanan aku menunjuk dan bertanya perihal apa yang aku lihat dan tidak tahu.

"Pak, itu apa? Itu tempat apa? Dulunya buat apa? Sekarang buat apa? jalan arah kesana, tujuannya kemana?"

Walau aku cerewet dan banyak tanya, bapak tidak pernah mengeluh, dia sabar dan tetap menjelaskan. Tapi jangan ditanya apakah aku masih ingat dengan jawaban-jawaban bapak saat itu, sudah jelas aku pasti lupa.

Kalau ditanya kenangan mana yang paling ku ingat saat pergi bersama bapak, emmm itu saat mengunjungi kuburan orangtua bapak, itu untuk pertama kali aku kesana. Kami lama berkeliling mencari mana kuburannya. Bapak bertanya padaku, ya jelas ku jawab tidak tahu.

Bapak juga lupa dimana tepatnya kuburan kakek dan nenek ku, karena dia sudah lama sekali tidak kesitu. Akhirnya kami menemukan kuburannya, tidak ada tandanya nama memang, hanya batu sebagai penanda. Namun bapak yakin kalau itu kuburannya. Setelah itu, aku beberapa kali datang kesana.

Ah jadi rindu masa masa itu. Melewati jalan-jalan kampung, hutan, sungai, ah berwarna sekali. Meski tak dapat diulang, tapi masih bisa dikenang bukan.


Bogor, 3 Februari 2021

Pk_Raihanah

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 PECANDU KATA.