Sabtu, 09 Mei 2020

Daya Ingat

"Hai" sapanya.
"Maaf, siapa ya?" Tanyaku.

Lalu dia menjelaskan tentang dirinya. Aku naikkan alis, tanda aku tak paham.

"Kamu benar-benar lupa dengan saya?" Laki-laki itu bertanya.
Dahiku berkerut, menerka siapa.
"Padahal dulu kamu pernah sayang sama saya" lanjutnya.

Bibirku terbuka, terbata "pernah sayang?"
"Memang kamu belum pernah bilang, tapi saya tahu, saya merasakannya. Dan kalau sekarang kamu lupa juga tak apa. Tapi apa semudah itu untuk lupa?" Ucapnya.

"Tunggu... tunggu... maafkan saya, saya sedang berusaha mengingat ingat, sekali lagi maaf, saya memang punya daya lupa yang sangat tinggi"
Aku meraba jejak kerutan di dahi sambil menerka, pernahkah dahi ini berkerut memikirkan dia?

"Enak betul ya punya daya lupa yang sangat tinggi, kadang saya juga ingin punya kemampuan seperti itu. Dan tentu kalau saya punya, saya ingin melupakan kamu" ucapnya.

"Tunggu... kalau tidak salah Mas pernah singgah di mimpi saya, tapi saya lupa seperti apa mimpinya" jawab ku.

"Jadi hanya mimpi yang berhasil kamu ingat?" Tanyanya.
"Saya rasa memang hanya itu. Selama tidak menjadi puisi, kenang yang tersisa hanya sepercik mimpi." Jawabku.

Aku melihat setetes air mata
"Dek, ini aku!" Teriaknya
Aku terpana menatap matanya
"Bagaimana air mataku keluar dari matamu?"

Mendengar itu, ia segera pergi sebelum sempat memberi tahu seberapa berharga dirinya bagiku.

"Suatu saat saya pasti akan mengingatmu! Hari ini saya akan menulismu sebagai puisi!" Teriakku dari kejauhan kepada sebuah kepergian.

Karena yang menjadi puisi pasti akan abadi


Bogor, 9 Mei 2020

Share this:

2 komentar :

 
Copyright © 2014 PECANDU KATA.